Selasa, 19 Mei 2020

Dilema Pulang Kampung

Pemberitaan terkait pandemi COVID-19 hingga hari ini masih terus bergulir. Sejauh ini, angka positif terus bertambah setiap harinya. Kenaikan jumlah itu, juga diiringi dengan peningkatan pasien yang meninggal dunia. Namun dibalik itu semua, setidaknya masih ada angin segar terkait pandemi ini. Kabar pasien yang sembuh setidaknya memberikan harapan bahwa masih ada kesempatan untuk menyudahi virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan ini.

Selain tentang sembuhnya pasien, pandemi COVID-19 seolah juga memperlihatkan masih banyak tangan baik yang dengan ikhlas saling membantu. Mulai dari bantuan berupa tenaga, materi, hingga kepedulian untuk saling mengingatkan terkait pandemi ini. Saling mengingatkan tentang bahaya COVID-19 merupakan sumbangsih yang harus diambil alih agar masyarakat dapat terdukasi terkait pandemi COVID-19 ini.

Berbagai anjuran dan larangan diterapkan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Seperti selalu cuci tangan dengan, menggunakan masker, hingga memperhatikan etika bersin dan batuk. Selain itu, masyarakat dihimbau untuk dan tetap di rumah kecuali ada hal yang mendesak. Ketika harus keluar pun, masyarakat harus menjaga jarak fisik (physical distancing). Terkait himbauan tersebut muncullah tagar #dirumahsaja di berbagai media sosial yang menunjukkan diindahkannya himbauan tersebut. Adanya tagar tersebut seolah memperlihatkan adanya respons masyarakat untuk ikut membantu menanggulangi penularan COVID-19.

Sejalan dengan himbauan untuk di rumah saja maka beberapa aktivitas pun mulai diterapkan dari rumah. Termasuk dalam hal bekerja dan sekolah. Bekerja dari rumah (work from home) mulai diterapkan di beberapa perusahaan atau instansi. Pun demikian dengan persekolahan. Sekolah dan kuliah mulai memanfaatkan teknologi komunikasi dan aplikasi penunjang sekolah online agar pembelajaran dapat tetap berjalan di situasi saat ini.

Semenjak pemberitaan terkait COVID-19 merebak, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dapat dikatakan salah satu kampus yang paling tanggap. Surat edaran terkait sistem kuliah pun dikeluarkan. Sistem perkuliahan untuk sementara waktu dijalankan secara online, dengan memanfaatkan teknologi guna mendukung kegiatan perkuliahan tetap berjalan.

Terkait pergantian sistem kuliah yang diterapkan berbasis online ini, secara tidak langsung juga menimbulkan berbagai reaksi. Ada yang menyangkan sebab tidak dapat lagi belajar sacara tatap muka, dan juga ada yang malah memanfaatkan kondisi ini untuk kembali ke kampung halaman mengingat batas waktu perkuliahan secara online ini yang cukup lama.

Sebenernya pulang kampung atau mudik ini juga membuat para mahasiswa merasa dilema. Setidakanya bagi saya yang akhirnya tetap memilih pulang kampung. Sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang kampung, beberapa pertimbangan ikut menjadi alasan yang membuat saya akhirnya memutuskan untuk tetap pulang.

Seperti halnya, pikiran saya terkait batas kuliah online ini cukup lama dan memiliki kemungkinan untuk dapat diperpanjang. Mengingat kondisi yang demikian, secara tidak langsung kuliah dapat tetap berlangsung meskipun saya sedang di rumah. Saya pun mempertimbangkan lagi kalau pada saat lebaran Idul Fitri nanti kemungkinan saya tidak akan dapat pulang sama halnya seperti lebaran Idul Adha kemarin. Sebab tenggat waktu yang tidak sinkron.

Usai mengabari orang tua saya terkait surat edaran itu, orang tua saya yang awalnya menyerahkan keputusan itu pada saya akhirnya malah berbalik mendesak saya untuk pulang. Saya paham betul tentang kekhawatiran orang tua. Mengingat pada saat itu, di DIY sudah ada satu kasus positif. Sedangkan di daerah saya masih belum ada yang terinfeksi COVID-19 ini. Setelah mengecek harga tiket, bisa dikatakan harga saat itu tergolong murah karena hanya setengah harga dibandingkan harga normal. Akhirnya saya pun pulang, meskipun dalam pikiran saya masih dibayang-bayangi himbauan untuk tidak pulang kampung.

Menurut saya pribadi, himbauan itu sangat masuk akal. Apalagi yang dikhawatirkan bilamana ketika pulang ke kampung halaman malah saya yang ternyata membawa virus itu dan  menyebarkan virus itu ke orang disekitar saya. Saya akui saya memang saya tidak disiplin. Namun mengingat saya adalah perantau dan perempuan, saya takut kalau-kalau saya harus sendiri di kos.  Mengingat penguhi kos lain yang rumahnya masih seputaran Jawa Tengah.

Rasa was-was pulang pun mulai  saya rasakan. Saya mempersiapkan betul segala keperluannya. Seperti masker dan lain-lain. Alhamdulillah saya tiba dengan selamat di kampung halaman saya di Bangka. Sesampainya di rumah, rasa bersalah saya itu saya tebus dengan melakukan isolasi mandiri selam 14 hari dirumah. Saya tidak keluar rumah dan menghindari keramaian. Hingga 14 hari masa isolasi mandiri, saya tidak merasa ada gejala yang menunju ke arah sana dan hingga hari ini sudah masuk minggu ke 3.

Memang hal ini penuh dilematik, namun dari kesalahan saya itu saya menyadari mungkin ada hikmah yang sedang Allah SWT tunjukan. Saya jadi teringat percakapan saya dan Ibu jauh sebelum COVID-19 ini merebak. Ibu mendesak saya untuk pulang saat lebaran. Namun saya memberi pengertian kepada beliau untuk menunggu sampai liburan semester karena saya merasa akan tanggung kalau saya pulang saat lebaran karena liburnya sedikit. Lagi pula setelah lebaran malah akan dilaksanakan UAS.

Pikiran positif saya, malah menunjukkan kalau ini jalan Allah SWT untuk memenuhi doa ibu saya yang mungkin ingin bertemu dengan saya dan berpuasa serta berlebaran bersama. Meskipun saya tidak menampik ingin segera wabah ini diangkat oleh Allah.

Segala sesuatu yang terjadi memang pasti akan ada hikmahnya. Allah tidak akan memberikan cobaan kepada suatu kaum melaimpaui batas kemampuan mereka. Saya percaya dengan ikhitar semua orang, wabah ini akan segera berakhir dan diangkat dari seluruh penjuru dunia. Semoga kondisi cepat membaik, dan kita bisa bersitatap dengan dunia yang juga jauh lebih membaik usai beristirahat.


MARET, 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam Menyimak

"Malu bertanya sesat di jalan”   sadar atau pun tidak ungkapan ini telah banyak mempengaruhi pemikiran masyarakat saat ini. Bertanya se...