"Malu bertanya sesat di jalan” sadar atau pun tidak ungkapan ini telah
banyak mempengaruhi pemikiran masyarakat saat ini. Bertanya seolah menjadi
satu-satunya jalan untuk mengetahui sesuatu. Akibatnya, seseorang lupa untuk
memperhatikan sesuatu dengan saksama. Memperhatikan sebenarnya adalah modal
awal untuk mendapat dan merekam informasi. Lebih kompleks, dikenal istilah
“menyimak” yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti mendengarkan
(memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca seseorang.
Menyimak juga erat kaitannya dengan proses
mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan. Menyimak harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh, diperhatikan dengan baik, dipahami, dan diapresiasi, serta diinterpretasi
untuk memperoleh informasi berupa isi atau pesan yang disampaikan secara
nonverbal. Jadi menyimak ini mencakup konsep dan praktik yang amat kompleks,
yang berguna dalam memahami konteks atau bahan simakan
Namun, kenyataannya praktik menyimak yang
demikian tidak lagi diterapkan. Etika dalam menyimak mulai tidak diperhatikan
lagi. Sebagai contoh, yaitu sebuah kasus ketika sedang berlangsung sebuah
khotbah. Namun salah satu audiensi tidak menyimak dengan baik, sehingga audiensi
tersebut lantas akan bertanya pada audiensi lainnya. Tentu, akibat perbuatan
tersebut yang dirugikan bukan hanya audiensi yang bertanya tersebut, tetapi
juga audiensi lainnya.
Bercermin dari kasus tersebut, maka hal
terpenting yang patut diperhatikan pertama yaitu etika. Etika adalah
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
Kegiatan menyimak akan berjalan dengan lancar ketika
penyimak memahami betul manfaat dari menyimak. Untuk mencapai pada posisi
tersebut maka dalam mengawali kegiatan menyimak, penyimak harus mematuhi
terlebih dahulu etika-etika dalam kegiatan menyimak. Hal itu dimaksudkan agar
kegiatan menyimak tidak sekadar menjadi proses, namun informasi yang
disampaikan dapat diserap dan terekam dengan baik.
Etika dalam perkembangannya lambat laun berubah
dan berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia. Namun, hal tersebut bukan
berarti mengurangi kadar manusia dalam beretika. Manusia akan jauh lebih baik
ketika posisi etika dinomorsatukan. Adapun etika-etika yang diperlukan dalam
menyimak meliputi, memahami bahan simakan, menghindari gangguan, mengendalikan
emosi, mencatat bahan simakan, meningkatkan rasa empati dan menghargai,
memaksimalkan fungsi indera serta yang terakhir membuat kesimpulan
B. Memahami Bahan Simakan
Memahami bahan simakan adalah etika yang perlu
diperhatikan ketika kegiatan menyimak
berlangsung. Langkah utama dalam memahami bahan simakan adalah menentukan pokok
pikiran bahan simakan. Menentukan pokok pikiran menjadi penting karena kegiatan
menyimak biasanya berlangsung cukup lama. Tidak selamanya yang dipaparkan dalam
kegiatan menyimak itu berupa inti sari. Bisa jadi yang sedang disimak adalah
penjelas-penjelas dari inti sari yang sebenarnya hanya informasi tambahan.
Dengan demikian, kemampuan fokus amat diperlukan agar penyimak dapat memahami
betul inti-inti sari bahan simakan.
C. Menghindari Gangguan
Gangguan dalam kegiatan menyimak bisa
bersumber dari dalam atau pun dari luar. Gangguan dari dalam bersumber dari
dalam diri yang bisa muncul karena kesengajaan atau ketidaksengajaan. Contoh
gangguan dari dalam misalnya, penyimak terpengaruh dengan rasa kantuk dan rasa
malas yang tiba-tiba muncul. Gangguan tersebut dapat diatasi dengan kesadaran
dari dalam diri penyimak sendiri.
Sedangkan gangguan dari luar adalah gangguan yang bersumber dari luar diri penyimak. Gangguan dari luar bisa terjadi akibat pengaruh orang lain, seperti orang lain yang mengajak berbicara. Gangguan dari luar juga dapat dipengaruhi oleh benda dari luar, seperti diri sendiri yang tidak bisa lepas dari pengaruh telepon genggam. Oleh karena itu, etika berupa menghindari gangguan sangat diperlukan agar dalam kegiatan menyimak, penyimak akan tetap fokus.
D. Mengendalikan Emosi
Ada kalanya bahan simakan yang dipaparkan
tidak sesuai dengan perspektif penyimak. Hal tersebut bukan berarti membuat
penyimak lantas mengabaikan bahan simakan, disitulah etika berupa mengendalikan
emosi amat diperlukan. Bersikap objektif adalah jalan yang dilakukan untuk
dapat mengendalikan emosi. Bersikap objektif
dapat terlihat dari kebiasaan menyatakan apa adanya tanpa diikuti
perasaan pribadi. Sehingga pandangan penyimak murni mengenai menyimak tanpa ada
sangkut paut dengan faktor-faktor lain. Terlepas dari segala ketidaksesuaian
tersebut maka yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah tujuan dari menyimak
itu sendiri
E. Mencatat Bahan Simakan
Dalam kegiatan menyimak, memperhatikan dan
mendengar tidaklah cukup. Sebab informasi-informasi yang didapat belum tentu
dapat tersimpan dengan baik. Sebagai solusi, penyimak dapat memanfaatkan buku atau
catatan kecil untuk mencatat inti sari dari bahasan simakan. Meskipun demikian,
kegiatan memperhatikan, mendengar, dan mencatat sekaligus bukanlah sesuatu yang
mudah. Perlu ekstra konsentrasi dan latihan yang rutin agar ketiga kegiatan
tersebut dapat berjalan beriringan.
Oleh karena itu, dalam mencatat bahan simakan
tidak semua yang dipaparkan perlu dicatat. Langkah pertama cukup mencatat
informasi-informasi penting. Lalu mencari kata kunci-kunci kunci. Setelah itu,
baru mengembangkan kata-kata kunci dengan informasi-infromasi tambahan.
Dan yang paling terakhir adalah merefleksikan
bahan simakan dalam kehidupan. Memang langkah-langkah tersebut terkesan rumit
namun dengan menerapkan langkah-langkah tersebut maka materi simakan akan lebih
mudah untuk dipahami.
F. Meningkatkan Rasa Empati dan Menghargai
Dalam memunculkan rasa menghargai yang perlu
dimunculkan terlebih dahulu yaitu rasa empati. Sayangnya, dalam sebuah studi
yang dilakukan Pennsylvania Stage University menyatakan bahwa rasa empati yang
dilakukan kebanyakan orang hanya akan menghabiskan waktu dan energi mental.
Tentu pernyataan tersebut sangat tidak tepat. Rasa empati bukan hanya bermanfaat
bagi diri sendiri namun erat hubungannya dengan orang lain
Rasa empati dan menghargai berasal dari dalam diri, sehingga kontrolnya berada di tangan pribadi masing-masing. Empati dan menghargai dapat ditumbuhkan ketika kita membayangkan berada di posisi orang lain. Dalam kegitan menyimak, penyimak harus membayangkan jika ia menjadi orang yang memberikan materi. Sehingga akan timbulah rasa untuk menghargai.
G. Memaksimalkan Fungsi Indera
Indera yang digunakan dalam menyimak adalah
indera penglihatan dan indera pendengaran. Indera penglihatan semaksimal
mungkin digunakan untuk memperhatikan ketika kegiatan menyimak berlangsung. Pun
demikian dengan indera pendengaran. Indera pendengaran berperan untuk menangkap
informasi dari bahan simakan. Dari kedua indera tersebut ada kalanya keduanya
digunakan secara bersamaan ataupun hanya memerlukan satu indera saja.
Sebagai contoh, ketika menyimak berita di
televisi maka indera yang digunakan adalah adalah indera penglihatan dan indera
pendengaran. Karena pada saat itu akan ditampilkan visualisasi dari televisi
dan audionya. Hal tersebut juga berlaku ketika mendengar seminar. Sebaliknya, ketika mendengar radio ataupun
rekaman suara indera yang digunakan hanya indera pendengaran. Dengan demikian, sikap
selektif harus dipergunakan agar kegitan menyimak dapat berjalan dengan lancar.
H. Membuat kesimpulan
Setelah kegiatan menyimak berakhir yang perlu dilakukan penyimak adalah membuat kesimpulan. Kesimpulan ini dapat dilakukan dengan meramu kembali materi-materi yang disampaikan selama kegiatan menyimak berlangsung. Membuat kesimpulan berguna untuk menangkap intisari pembicaraan. Membuat kesimpulan disarankan menggunakan kata-kata sendiri, agar lebih mudah untuk memahami bahan simakan.
I. Penutup
Semua hal yang ada di kehidupan memang harus
mengedepankan etika. Etika akan membangun kebiasaan pribadi yang lebih terarah.
Begitu pun dengan kegiatan menyimak. Dalam kegiatan menyimak sangat perlu
memperhatikan etika-etika. Etika-etika tersebut bukan hanya diterapkan satu
persatu namun harus dilakukan bersamaan. Jadi mungkin kedepannya tidak akan ada
lagi pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan. Sebab ketika telah
mempraktikkan segala etika tersebut maka hasilnya akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan menyimak.
Daftar Pustaka
Anisa, I. (2016, Agustus). Keterampilan Menyimak yang Baik
dan Benar. Diakses
pada 28 Desember 2019, dari Hamasah:
http://annisafummy.blogspot.com/2015/08/keterampilan-menyimak-yang-baik-dan.html?m=1
Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran
Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, Volume 2 Nomor 5.
Bertens, K. (2017). Etika. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Calista, N. (2019, November 4). Begini Jadinya Bila Kita
Sudah Tak Lagi Berempati. Diakses pada 28 Desember 2019, dari Kompasiana:
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/namiracalista/5dbf3b6fd541df20e6065dd2/begini-jadinya-bila-kita-sudah-tak-lagi-berempati
(n.d.). Diakses pada 28 Desember 2019, dari
https://eprints.uny.ac.id:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://eprints.uny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar