Selasa, 27 Juli 2021

Etika dalam Menyimak

"Malu bertanya sesat di jalan”  sadar atau pun tidak ungkapan ini telah banyak mempengaruhi pemikiran masyarakat saat ini. Bertanya seolah menjadi satu-satunya jalan untuk mengetahui sesuatu. Akibatnya, seseorang lupa untuk memperhatikan sesuatu dengan saksama. Memperhatikan sebenarnya adalah modal awal untuk mendapat dan merekam informasi. Lebih kompleks, dikenal istilah “menyimak” yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca seseorang.

Menyimak juga erat kaitannya dengan proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan. Menyimak harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, diperhatikan dengan baik, dipahami, dan diapresiasi, serta diinterpretasi untuk memperoleh informasi berupa isi atau pesan yang disampaikan secara nonverbal. Jadi menyimak ini mencakup konsep dan praktik yang amat kompleks, yang berguna dalam memahami konteks atau bahan simakan  (https://eprints.uny.ac.id).

Namun, kenyataannya praktik menyimak yang demikian tidak lagi diterapkan. Etika dalam menyimak mulai tidak diperhatikan lagi. Sebagai contoh, yaitu sebuah kasus ketika sedang berlangsung sebuah khotbah. Namun salah satu audiensi tidak menyimak dengan baik, sehingga audiensi tersebut lantas akan bertanya pada audiensi lainnya. Tentu, akibat perbuatan tersebut yang dirugikan bukan hanya audiensi yang bertanya tersebut, tetapi juga audiensi lainnya.

Bercermin dari kasus tersebut, maka hal terpenting yang patut diperhatikan pertama yaitu etika. Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Bertens, 2017). Memahami dan menjalankan etika adalah suatu keharusan karena etika erat hubungannya dengan segala lini kehidupan. Etika akan menentukan sejauh mana rasa menghargai dan kewajiban moral yang dilakukan seseorang.

Kegiatan menyimak akan berjalan dengan lancar ketika penyimak memahami betul manfaat dari menyimak. Untuk mencapai pada posisi tersebut maka dalam mengawali kegiatan menyimak, penyimak harus mematuhi terlebih dahulu etika-etika dalam kegiatan menyimak. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan menyimak tidak sekadar menjadi proses, namun informasi yang disampaikan dapat diserap dan terekam dengan baik.

Etika dalam perkembangannya lambat laun berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia. Namun, hal tersebut bukan berarti mengurangi kadar manusia dalam beretika. Manusia akan jauh lebih baik ketika posisi etika dinomorsatukan. Adapun etika-etika yang diperlukan dalam menyimak meliputi, memahami bahan simakan, menghindari gangguan, mengendalikan emosi, mencatat bahan simakan, meningkatkan rasa empati dan menghargai, memaksimalkan fungsi indera serta yang terakhir membuat kesimpulan (Anisa, 2016).

B.     Memahami Bahan Simakan

Memahami bahan simakan adalah etika yang perlu diperhatikan ketika kegiatan  menyimak berlangsung. Langkah utama dalam memahami bahan simakan adalah menentukan pokok pikiran bahan simakan. Menentukan pokok pikiran menjadi penting karena kegiatan menyimak biasanya berlangsung cukup lama. Tidak selamanya yang dipaparkan dalam kegiatan menyimak itu berupa inti sari. Bisa jadi yang sedang disimak adalah penjelas-penjelas dari inti sari yang sebenarnya hanya informasi tambahan. Dengan demikian, kemampuan fokus amat diperlukan agar penyimak dapat memahami betul inti-inti sari bahan simakan.

C.     Menghindari Gangguan

Gangguan dalam kegiatan menyimak bisa bersumber dari dalam atau pun dari luar. Gangguan dari dalam bersumber dari dalam diri yang bisa muncul karena kesengajaan atau ketidaksengajaan. Contoh gangguan dari dalam misalnya, penyimak terpengaruh dengan rasa kantuk dan rasa malas yang tiba-tiba muncul. Gangguan tersebut dapat diatasi dengan kesadaran dari dalam diri penyimak sendiri.

Sedangkan gangguan dari luar adalah gangguan yang bersumber dari luar diri penyimak. Gangguan dari luar bisa terjadi akibat pengaruh  orang lain, seperti orang lain yang mengajak berbicara. Gangguan dari luar juga dapat dipengaruhi oleh benda dari luar, seperti diri sendiri yang tidak bisa lepas dari pengaruh telepon genggam. Oleh karena itu, etika berupa menghindari gangguan sangat diperlukan agar dalam kegiatan menyimak, penyimak akan tetap fokus. 

D.    Mengendalikan Emosi

Ada kalanya bahan simakan yang dipaparkan tidak sesuai dengan perspektif penyimak. Hal tersebut bukan berarti membuat penyimak lantas mengabaikan bahan simakan, disitulah etika berupa mengendalikan emosi amat diperlukan. Bersikap objektif adalah jalan yang dilakukan untuk dapat mengendalikan emosi. Bersikap objektif  dapat terlihat dari kebiasaan menyatakan apa adanya tanpa diikuti perasaan pribadi. Sehingga pandangan penyimak murni mengenai menyimak tanpa ada sangkut paut dengan faktor-faktor lain. Terlepas dari segala ketidaksesuaian tersebut maka yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah tujuan dari menyimak itu sendiri (Anwar, 2009).

E.     Mencatat Bahan Simakan

Dalam kegiatan menyimak, memperhatikan dan mendengar tidaklah cukup. Sebab informasi-informasi yang didapat belum tentu dapat tersimpan dengan baik. Sebagai solusi, penyimak dapat memanfaatkan buku atau catatan kecil untuk mencatat inti sari dari bahasan simakan. Meskipun demikian, kegiatan memperhatikan, mendengar, dan mencatat sekaligus bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu ekstra konsentrasi dan latihan yang rutin agar ketiga kegiatan tersebut dapat berjalan beriringan.

Oleh karena itu, dalam mencatat bahan simakan tidak semua yang dipaparkan perlu dicatat.  Langkah pertama cukup mencatat informasi-informasi penting. Lalu mencari kata kunci-kunci kunci. Setelah itu, baru mengembangkan kata-kata kunci dengan informasi-infromasi tambahan.

Dan yang paling terakhir adalah merefleksikan bahan simakan dalam kehidupan. Memang langkah-langkah tersebut terkesan rumit namun dengan menerapkan langkah-langkah tersebut maka materi simakan akan lebih mudah untuk dipahami.

F.      Meningkatkan Rasa Empati dan  Menghargai

Dalam memunculkan rasa menghargai yang perlu dimunculkan terlebih dahulu yaitu rasa empati. Sayangnya, dalam sebuah studi yang dilakukan Pennsylvania Stage University menyatakan bahwa rasa empati yang dilakukan kebanyakan orang hanya akan menghabiskan waktu dan energi mental. Tentu pernyataan tersebut sangat tidak tepat. Rasa empati bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun erat hubungannya dengan orang lain  (Calista, 2019).

Rasa empati dan menghargai berasal dari dalam diri, sehingga kontrolnya berada di tangan pribadi masing-masing. Empati dan menghargai dapat ditumbuhkan ketika kita membayangkan berada di posisi orang lain. Dalam kegitan menyimak, penyimak harus membayangkan jika ia menjadi orang yang memberikan materi. Sehingga akan timbulah rasa untuk menghargai.

G.    Memaksimalkan Fungsi Indera

Indera yang digunakan dalam menyimak adalah indera penglihatan dan indera pendengaran. Indera penglihatan semaksimal mungkin digunakan untuk memperhatikan ketika kegiatan menyimak berlangsung. Pun demikian dengan indera pendengaran. Indera pendengaran berperan untuk menangkap informasi dari bahan simakan. Dari kedua indera tersebut ada kalanya keduanya digunakan secara bersamaan ataupun hanya memerlukan satu indera saja.

Sebagai contoh, ketika menyimak berita di televisi maka indera yang digunakan adalah  adalah indera penglihatan dan indera pendengaran. Karena pada saat itu akan ditampilkan visualisasi dari televisi dan audionya. Hal tersebut juga berlaku ketika mendengar seminar.  Sebaliknya, ketika mendengar radio ataupun rekaman suara indera yang digunakan hanya indera pendengaran. Dengan demikian, sikap selektif harus dipergunakan agar kegitan menyimak dapat berjalan dengan lancar.

H.    Membuat kesimpulan

Setelah kegiatan menyimak berakhir yang perlu dilakukan penyimak adalah membuat kesimpulan. Kesimpulan ini dapat dilakukan dengan meramu kembali materi-materi yang disampaikan selama kegiatan menyimak berlangsung. Membuat kesimpulan berguna untuk menangkap intisari pembicaraan. Membuat kesimpulan disarankan menggunakan kata-kata sendiri, agar lebih mudah untuk memahami bahan simakan.

I.       Penutup

Semua hal yang ada di kehidupan memang harus mengedepankan etika. Etika akan membangun kebiasaan pribadi yang lebih terarah. Begitu pun dengan kegiatan menyimak. Dalam kegiatan menyimak sangat perlu memperhatikan etika-etika. Etika-etika tersebut bukan hanya diterapkan satu persatu namun harus dilakukan bersamaan. Jadi mungkin kedepannya tidak akan ada lagi pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan. Sebab ketika telah mempraktikkan segala etika tersebut maka hasilnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan menyimak.

Daftar Pustaka

Anisa, I. (2016, Agustus). Keterampilan Menyimak yang Baik dan Benar.                                     Diakses pada 28 Desember 2019, dari Hamasah: http://annisafummy.blogspot.com/2015/08/keterampilan-menyimak-yang-baik-dan.html?m=1

Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, Volume 2 Nomor 5.

Bertens, K. (2017). Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Calista, N. (2019, November 4). Begini Jadinya Bila Kita Sudah Tak Lagi Berempati. Diakses pada 28 Desember 2019, dari Kompasiana: https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/namiracalista/5dbf3b6fd541df20e6065dd2/begini-jadinya-bila-kita-sudah-tak-lagi-berempati

 (n.d.). Diakses pada 28 Desember 2019, dari https://eprints.uny.ac.id: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://eprints.uny.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam Menyimak

"Malu bertanya sesat di jalan”   sadar atau pun tidak ungkapan ini telah banyak mempengaruhi pemikiran masyarakat saat ini. Bertanya se...