Rupa
Pakaian Tradisional Khas Pulau Bangka
Struktur |
Kalimat |
Identifikasi/Pernyataan Umum |
Pulau Bangka merupakan salah satu pulau di
Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan kesenian tradisionalnya. Selain
memiliki keindahan pantai sebagai situs pariwisatanya, Pulau Bangka
juga memiliki berbagai situs kebudayaan daerah yang unik untuk diketahui oleh
wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Kebudayaan-kebudayaan tradisional
yang terdapat di Pulau Bangka di antaranya yaitu: seni rupa, seni musik, seni
tari, seni tradisi/upacara adat. Ditinjau dari mayoritas penduduknya, Pulau
Bangka merupakan salah satu pulau yang ada di Nusantara di mana mayoritas
masyarakatnya menganut budaya Melayu. Hal ini dapat
dilihat dari segi bahasa daerah yang digunakan dan jumlah sebagian besar
penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Selain itu, dapat juga dilihat dari
kebudayaan-kebudayaan lokal yang sering digelar oleh masyarakat Bangka dalam
setiap tahunnya, yaitu sarat akan nuansa Islami. Meski demikian, tidak dipungkiri bahwa
kebudayaan China dan India turut memberi pengaruh atas kebudayaan masyarakat
Pulau Bangka. Contohnya
yaitu pada pakaian. Seperti pada pakaian Paksian
dan kain tenun Cual yang dikemas dengan warna-warna kontras. Pakaian Paksian dan kain tenun Cual merupakan karya seni tekstil
tradisional yang ada di pulau Bangka. Produk seni rupa tradisional ini
merupakan ciri khas budaya yang diciptakan oleh para leluhur masyarakat
Bangka sebagai bentuk identitas lokal pada saat itu hingga
sekarang. Untuk mengetahui bahasa rupa yang ada pada suatu kesenian
tradisional khususnya pakaian Paksian dan kain tenun Cual ini, maka kita
perlu menafsirkannya menggunakan teori semiotika. Karena simbol
berkaitan erat untuk mewujudkan makna yang lebih kompleks dan saling
berkaitan. Karena fungsi simbol adalah untuk menggambarkan pencapaian
keleluasaan, kedalaman dan ketepatan maksud penyampaiannya. Suatu kebudayaan yang sarat akan makna sudah
sepantasnya kita apresiasikan dan lestarikan dengan baik agar tidak terjadi
kemunduran atau bahkan hilang begitu saja. Kebudayaan lahir akibat gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat
kemudian menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun yang
memiliki makna dan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. |
Deskripsi Bagian/Klasifikasi |
Pakaian Paksian Pakaian adat pengantin masyarakat pulau
Bangka adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau
beludru yang disebut juga baju seting. Pada bagian pangkal terdapat mahkota,
sedangkan pada bagian bawah terdapat kain tenun Cual. Pakaian adat ini merupakan perpaduan dari
kebudayaan Cina dan Arab. Pada zaman dahulu banyak pedagang dari Cina dan
penyiar agama Islam dari Arab yang masuk ke pulau Bangka, sehingga terjadilah
perkawinan antara keduanya dan memberi dampak pada pakaian adat untuk
pernikahan mereka. Pakaian adat tersebut dinamakan oleh masyarakat Bangka
dengan sebutan “Paksian”. Adapun klasifikasi simbol/tanda yang ada pada
pakaian pengantin di atas adalah sebagai berikut: Mahkota
(abstraksi dari bentuk burung merak), makna filosofinya adalah lambang
kecantikan, dikagumi/disayangi oleh banyak orang, namun jangan jadikan itu
sebagai kesombongan diri terhadap orang lain. Artinya kedua mempelai yang
mengenakan pakaian ini diharapkan dapat menjadi pasangan yang disayangi
banyak orang dan tidak membuat keduanya menjadi manusia yang sombong. Bunga, motif bunga merupakan motif yang
melambangkan kesucian, keanggunan rezeki dan segala kebaikan. Artinya suatu
pernikahan itu adalah suci, dan barang siapa yang melaksanakan pernikahan
akan mendapat rezeki yang agung dan segala kebaikan. Warna dominan (merah), yaitu melambangkan kehangatan, kekuatan,
kegembiraan. Artinya adalah barang siapa yang mengenakan pakaian ini
diharapkan bahwa terwujudnya kehangatan dalam rumah tangga mereka,
terciptanya kekuatan bahtera rumah tangga dan kegembiraan antara keduanya
yang melaksanakan pernikahan. Warna
kuning/emas pada setiap pernak-pernik pakaian yaitu melambangkan kemegahan/istimewa,
keramahan. Artinya kedua mempelai yang sedang melaksanakan pernikahan
tersebut adalah sesosok yang istimewa dan diharapkan dapat bersikap ramah
tamah terhadap orang banyak. Selempang berwarna hitam dihiasi ornamen berwarna kuning dan putih serta kalung bunga serangkai berbentuk bulat, yaitu
bermakna keberkatan, keselamatan, kehormatan, wibawa, percaya diri dan harga
diri. Artinya setiap pria
yang melangsungkan pernikahan diharapkan dapat menjadi sesosok kepala rumah
tangga yang berwibawa, penuh percaya diri sebagai kepala rumah tangga dan
dapat dijadikan sebagai penyangga keselamatan keluarga yang waktunya tiada
batas (selamanya). Kain Tenun Cual Kain Cual merupakan karya seni
rupa tradisional yang berasal dari Pulau Bangka. Cual merupakan singkatan
dari “Celupan Awal” pada benang yang akan diwarnai
kemudian ditenun. Menenun kain Cual merupakan aktivitas perempuan Bangsawan
Muntok, daerah yang terletak di ujung barat Pulau Bangka, pada awal abad
ke-18. Tenun ikat Cual Muntok adalah perpaduan antara teknik sungkit dan
tenun ikat. Pada awalnya, pembuatan kain cual ini hanya
boleh dilakukan oleh para putri bangsawan saja. Namun seiring berjalannya
waktu karya seni tenun ini menjadi warisan budaya masyarakat Bangka pada
umumnya, kain tenun Cual sudah mulai diproduksikan oleh masyarakat umum Pulau
Bangka, meskipun jumlahnya tidak banyak. Ini
menunjukkan bahwa masih adanya kesadaran individu maupun kelompok yang ada di
Pulau Bangka akan pentingnya suatu kebudayaan lokal. Adapun klasifikasi motif secara
umum terbagi menjadi dua, yaitu: motif ruang kosong (Jande Bekecak), jika diartikan kedalam bahasa
Indonesia yang artinya adalah janda bersolek. Motif penuh (Penganten Bekecak) artinya adalah
pengantin bersolek. Dilihat dari
temanya, motif-motif kain tenun Cual merupakan abstraksi dari berbagai bentuk
tumbuhan, hewan dan benda alam yang ada di Pulau Bangka. Berikut ini adalah beberapa contoh
penafsiran motif kain tenun Cual Bangka yang sarat akan makna. Di antaranya
adalah motif Kembang Rukem, Kembang Kenanga, Kembang Setangkai, Gajah Mada,
dan Bebek. Simbol/tanda
(bunga/kembang) merupakan signifier sedangkan signified (makna)
adalah melambangkan kesucian, keagungan, dan segala kebaikan. Ketiga motif bunga kain tenun Cual di atas merupakan simbol dari
identitas daerah, karena ketiga macam bunga tersebut merupakan
tumbuh-tumbuhan yang dapat dijumpai di pulau Bangka, dengan kata lain bahwa
ketiga macam bunga tersebut merupakan kode cultural. Motif Gajah Mada (signifer) merupakan
ungkapan para leluhur masyarakat pulau Bangka yang berprofesi sebagai penenun
kain Cual, bahwa pada zaman dahulu wilayah pulau Bangka pernah disinggahi
oleh kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Suatu simbol
dapat ditemukan didalam cerita/sejarah (signified). Tanda-tanda
yang ditata atau dibuat oleh para leluhur dapat diartikan sebagai suatu
konotasi kebangsaan. Motif bebek. Simbol bebek (signifier) yaitu merupakan lambang dari persatuan dan
ketertiban (signified). Jika kita lihat bebek selalu hidup
berkelompok, dan ketika berjalan mereka menunjukkan ketertiban antara satu
dengan lainnya saling beriring sejalan. Pemahaman
mengenai bahasa rupa karya seni tradisional nusantara perlu kita pahami agar
menjadi suatu pengetahuan bagi kita dan para generasi penerus bangsa,
sehingga produk-produk kebudayaan nusantara semakin dicintai dan
kelestariannya tetap terjaga. |
Penutup |
Harapan penulis kepada para pembaca yaitu
agar artikel ini dapat menstimulus penafsiran yang logis terhadap karya seni tradisional
nusantara, sehingga pemaknaan mengenai simbol-simbol/tanda-tanda
yang ada pada karya seni tradisional nusantara menjadi salah satu alasan
mengapa kita seyogyanya bangga dan cinta terhadap produk karya seni
tradisional nusantara yang kini semakin mengkhawatirkan eksistensinya. |
Sumber:
http://koranbogor.com/bogor-now/rupa-pakaian-tradisional-khas-pulau-bangka/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar