Selasa, 27 Juli 2021

Budaya Mencerminkan Reputasi Sekolah

Reputasi sekolah tergolong hal esensial yang selalu berusaha ditujukkan oleh setiap sekolah. Reputasi sekolah secara tidak langsung menunjukkan bagaimana kualitas dari setiap proses yang dijalankan di setiap sekolah. Mulai dari proses belajar-mengajar, berinterkasi, berkompetisi, sampai pada hal-hal kecil yang pada dasarnya memiliki kepentingan yang sama. Setiap sekolah tentunya berusaha menunjukkan reputasi baik dari setiap waktu perkembangannya. Kendati demikian, reputasi sekolah yang baik tidak dapat diraih begitu saja. Perlu adanya penanaman kebiasaan postif secara berkala dan terus menerus hingga pada akhirnya tahap-tahap tersebut menjadi suatu budaya yang memberikan implikasi positif pada lingkungan sekolah.

Budaya di sekolah sangat diperlukan sebagai penentu mutu pendidikan. Budaya yang merupakan kultural praktik tidak hanya di bebankan pada individu atau kelompok tertentu. Budaya sekolah perlu dijalankan bersama tidak terbatas hanya menjadi tanggung jawab atau dibebankan pada kepala sekolah saja. Apabila budaya hanya menjadi ‘milik’ pihak tertentu maka tujuan yang ingin diraih tidak akan dapat tercapai tanpa adanya kontibusi segala pihak. Budaya positif di sekolah harus menjadi tanggung jawab dan direalisasikan bersama oleh seluruh warga sekolah.

Implementasi sekolah yang berbudaya dapat dilihat dari berbagai aspek yang sering kali tidak menjadi fokus utama. Misalnya pada budaya berpakaian di sekolah. Terkadang hanya beberapa siswa atau guru yang menunjukkan perhatiannya dalam hal berpakain di sekolah. Ada siswa yang sudah menyadari bagaimana seharusnya berpakaian di lingungakan sekolah, dengan berpakain yang sopan, rapi, dan bersih, serta tertib pada aturan berpakaian di sekolah. Namun, tanpa menutup kemungkinan masih banyak siswa yang abai pada budaya berpakaian di sekolah yang baik. Ada yang sengaja memodifikasi seragam hanya untuk terlihat keren sehingga terkesan kurang sopan. Tidak mematuhi tata tertib dengan menggunakan sepatu dengan warna yang menarik perhatian. Siswa-siswa seperti ini akhirnya akan berhadapan dengan guru untuk memberi peringatan bagaiman berseragam yang baik. Mereka mengagap bahwa berpakaian yang baik dengan seragam tidak telalu berdampak pada proses pembelajaran. Padahal bila disadari lebih mendalam penggunaan seragam ini telah membudayakan nilai-nilai pada siswa, bahwa setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan yang sama saat berada di lingkungan sekolah, dengan tujuan yang sama pula yaitu menuntut ilmu.

Kendati demikian, berkenaan dengan seragam tidak hanya diperuntukkan bagi siswa saja. Namun guru juga harus menunjukkan hal demikian sebagai contoh bagi siswa-siswa. Tidak semua guru acuh terhadap aturan berseragam yang baik. Ada guru yang juga tidak mengindahkan aturan dalam hal berseragam. Oleh karena itu, yang menjadi titik utamanya adalah bahwa budaya harus di dukung oleh setiap pihak di sekolah.

Selain contoh dalam hal berpakaian di sekolah, banyak hal yang merupakan perwujudan dalam mewujudkan budaya di sekolah. Seperti halnya dalam berbahasa, perayaan, hingga berkegiatan dalam akademik maupun nonakademik. Pada dasarnya setiap sekolah bebas menentukan budaya yang menjadi ciri khas setiap sekolah. Hal itu pula lah yang memuculkan perbedaan dari setiap sekolah. Ada yang fokus pada bidang bidang akademik, ada yang berfokus pada non akademik, ada pula yang fokus pada keduanya.

Perwujduan dari implementasi budaya pada bidang akademik dapat terlihat bagaimana pihak sekolah memebiasakan para siswanya untuk belajar untuk mendapat hasil yang terbaik dibandingkan sekolah-sekolah lainnya. Budaya ini juga dapat terlihat dari setiap perlombaan olimpiade yang mewakili nama sekolah. Sekolah-sekolah yang menjadi langganan juara biasanya akan mempersiapkan siswanya jauh sebelum perlombaan bahkan ada yang mengirimkan siswanya untuk belajar ke luar kota dan segala biayanya ditanggung oleh sekolah. Hal demikian menunjukkan bahwa setiap sekolah memiliki budaya sendiri untuk meraih ‘reputasi’ yang dikehendaki.

Selain bidang akademik, bidang non akademik juga berlaku demikian. Sekolah-sekolah biasanya akan merancang program ekstrakulikuler untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Implikasinya dari program ekstrakulikuler pastinya juga akan mengarah pada perlombaan baik seni maupun olahraga. Setiap sekolah tentunya memiliki budaya tersendiri. Ada yang sengaja menyiapkan guru khusus sehingga cita-cita yang diharapkan dapat dicapai.

Selain dari segi akademik dan non akademik, fisik sekolah juga menjadi penentu bahwa sekolah sudah menerapkan budaya dalam menjaga kelestarian lingkungan sekolah. Sekolah yang bersih dan nyaman tentu bukan hanya melibatkan para petugas kebersihan sekolah. Namun, setiap warga sekolah harus bisa merawat dan menjaga sekolah. Budaya yang dapat diterapkan misalnya membuang sampah pada tempatnya, memaksimalkan fungsi fasilitas, dan tidak merusakanya.

Selain itu, dalam wujud menjadi lingkungan sekolah tetap lestari, pihak sekolah bisanya akan membudayakan hari Jumat sehat. Pada hari itu biasanya akan menerapkan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekolah. Namun lebih dari itu, sebenarnya budaya seperti kerja bakti ini akan mengeratkan hubungan antar warga sekolah dan memberikan ruang interaksi sehingga semua warga sekolah memiliki rasa kepedulian yang sama.

Budaya terakhir yang pastinya akan diterapkan setiap sekolah adalah pada ranah karakter. Karakter sangat menentukan bagaimana kualitas seseorang. Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan bila segala budaya di sekolah selalu mengedepankan nilai karakter.  Budaya penanaman karakter dapat dimulai dari hal terkecil seperti memberi salam ketika bertemu guru, teman, dan warga sekolah lainnya. Berbicara dengan sopan dan menghargai setiap pendapat orang lain juga merupakan budaya yang perlu didayagunakan.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kultur di sekolah telah memberikan berbagai implikasi baik untuk individu, kelompok, maupun reputasi dari sekolah itu sendiri. Dalam uraian yang lebih detail, budaya yang ada di sekolah memberikan kesempatan pada terwujudnya efektififas dan produktivitas sekolah. Bila sebuah sekolah telah memiliki budaya yang sifatnya sistemik dan telah menjadi rutinitas maka dampak yang ikut dirasakan adalah sekolah jauh lebih produktif dan efektif dalam mejalankan sistem pendidikan di dalamnya.

Selanjutnya, budaya di sekolah juga akan meningkatkan kegiatan kolegial dan kolaboratif yang mendorong perbaikan komunikasi dan praktik pemecahan masalah. Sebab budaya sekolah perlu sokongan yang melibatkan banyak pihak di sekolah maka yang hubungan antar warga sekolah akan jauh interaktif. Dari hubungan yang interaktif dan komunikatif maka peluang untuk melakukan kolaborasi akan jauh lebih besar lagi, terutama dalam menunjukkan bakat dan minat, yang pada akhirnya akan memberikan reputasi positif bagi sekolah.

Implikasi selanjutnya adalah mendorong upaya keberhasilan perubahan dan perbaikan. Selama ini mungkin tanpa disadari sekolah juga menyimpan kebiasaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sistem pendidikan. Maka dari itu, setiap warga sekolah harus berpikiran maju ke depan dan berusaha untuk memperbaiki segala lini kehidupan ke arah yang lebih baik lagi. 

Selanjutnya adalah membangun komitmen dan indentifikasi dari para staf, siswa, dan tenaga administrasi. Meski pun budaya di sekolah ini bukan aturan tertulis namun semua warga sekolah harus memiliki komitmen. Bukan hanya sebatas pada siswa saja atau staf saja, namun semua pihak harus bisa mengidentifikasi dan berkomitmen satu sama lain.

 

Implikasi selanjutnya menguatkan energi, motivasi, vitalitas, dari staf sekolah, siswa, dan komunitas/masyarakat. Dalam membudayakan hal-hal baik disekolah perlu berbagai komponen dari warga sekolah seperti staff sekolah, siswa, dan staf sekolah, serta masyarakat dalam upaya menguatkan energi, motivasi,dan vitalitas yang lebih baik.

Implikasi terakhir adalah meningkatkan fokus pada perilaku keseharian dan perhatian pada apa yang pentig dan bernilai/berharga. Puncak dari memberdayakan suatu budaya adalah dengan menjadikan itu sebagai rutinitas yang terstuktur. Sehingga budaya itu akan terus berjalanan dan diberdayakan.

Implikasi-implikasi tersebut tentunya akan berdampak terhadap perbaikan sekolah ke arah yang lebih baik. Pertama pada visi dan nilai. Kebermaknaan budaya akan memberikan kebermakknaan pada tujuan pendidikan untuk tetap semangat dalam melalukan norma-norma baik untuk meningkatkan kualitas sekolah. Selain itu akan ada banyak bentuk perwujudan lain yang akan lebih spesifik. Seperti adannya upacara dan perayaan. Banyak sekolah yang sengaja membudayakan peringatan hari-hari khusus seperti perayaan hari guru, 17 agustus, perayaan adat daerah masuk pada budaya di sekolah. Ada pun kegiatan khusus seperti parent gatering dan perlombaan-perlombaan yang dilaksanakan anatar warga sekolah. Tentunya juga utama ini adalah untuk membangun jalinan seluas mungkin agar sekolah bukan hanya menjadi tempat formal yang terkesan “kaku” namun menjadi tempat kembali semua orang untuk bisa berkontibusi dalam memajukan pendidikan.

Budaya-budaya yang diterapkan di sekolah pada dasarnya merupakan refleksi dari budaya-budaya yang telah diterapkan sebelumnya. Bisa bersumber dari sejarah dan cerita masa-masa kejayaan sekolah pada masa lalu. Kendati demikian, tidak semua halnya dapat diadaptasi dan dibudayakan pada masa sekarang. Sebab seiring berjalannya waktu, tentu kebutuhan dan tujuan pendidikan akan berubah dan berkembang. Oleh karena itu perlu sikap selektif agar budaya-budaya yang diadaptasi memang seuai dengan kebutuhan dan visi-misi sekolah.

Budaya memang sifatnya tidak terlihat secara kasat mata atau dapat dikatakan sesuatu yang ‘abstrak’ kendati demikian tidak ada salahnya bila sekolah memonumenkan suatu nilai atau budaya baik dalam bentuk arsitektur atau artefak. Hal ini pastinya akan memberi kesan yang lebih mendalam sehingga spriti dari suatu sekolah untuk menanamkan hal-hal baik akan dapat dirasakan implikasinya.  

Dari berbagai paparan mengenai implikasi di atas, perlu disadari bahwa setiap sekolah mesti memberdayakan budaya yang mampu meningkatkan mutu pendidikan. Budaya yang akan atau telah diterapkan di sekolah bukan hanya berdasar tanpa sebab. Karena, perlu disadari bersama  dan tidak menutup kemungkinan bahwa budaya terbangun di sekolah sangat menunjukkan reputasi sekolah. Bila budaya yang terbangun baik maka baik pula reputasinya, pun demikian sebaliknya. Bila budaya yang terbangun tidak terorganir dengan baik maka reputasinya akan jauh dari yang diharapkan.

Sekolah-sekolah yang dianggap baik akan menjadi percontohan bagi sekolah lain. Semakin banyak sekolah yang membudayakan hal-hal baik di dalam lingkungannya, maka semakin banyak pula dampak yang dihasilkan. Sekaligus, mewadahi sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui budaya di sekolah.  Oleh karena itu, seyogyanya semua pihak dalam lingkup warga sekolah dapat terlibat aktif dalam membina budaya di sekolah sehingga kualitas pendidikan di Indonesia akan mengalami peningkatan signifikan seperti yang selama ini digencarkan.

  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam Menyimak

"Malu bertanya sesat di jalan”   sadar atau pun tidak ungkapan ini telah banyak mempengaruhi pemikiran masyarakat saat ini. Bertanya se...