Reputasi sekolah tergolong hal esensial yang selalu berusaha
ditujukkan oleh setiap sekolah. Reputasi sekolah secara tidak langsung
menunjukkan bagaimana kualitas dari setiap proses yang dijalankan di setiap sekolah.
Mulai dari proses belajar-mengajar, berinterkasi, berkompetisi, sampai pada hal-hal
kecil yang pada dasarnya memiliki kepentingan yang sama. Setiap sekolah
tentunya berusaha menunjukkan reputasi baik dari setiap waktu perkembangannya.
Kendati demikian, reputasi sekolah yang baik tidak dapat diraih begitu saja. Perlu
adanya penanaman kebiasaan postif secara berkala dan terus menerus hingga pada
akhirnya tahap-tahap tersebut menjadi suatu budaya yang memberikan implikasi
positif pada lingkungan sekolah.
Budaya di sekolah sangat diperlukan sebagai penentu mutu
pendidikan. Budaya yang merupakan kultural praktik tidak hanya di bebankan pada
individu atau kelompok tertentu. Budaya sekolah perlu dijalankan bersama tidak
terbatas hanya menjadi tanggung jawab atau dibebankan pada kepala sekolah saja.
Apabila budaya hanya menjadi ‘milik’ pihak tertentu maka tujuan yang ingin
diraih tidak akan dapat tercapai tanpa adanya kontibusi segala pihak. Budaya
positif di sekolah harus menjadi tanggung jawab dan direalisasikan bersama oleh
seluruh warga sekolah.
Implementasi sekolah yang berbudaya dapat dilihat dari
berbagai aspek yang sering kali tidak menjadi fokus utama. Misalnya pada budaya
berpakaian di sekolah. Terkadang hanya beberapa siswa atau guru yang
menunjukkan perhatiannya dalam hal berpakain di sekolah. Ada siswa yang sudah
menyadari bagaimana seharusnya berpakaian di lingungakan sekolah, dengan
berpakain yang sopan, rapi, dan bersih, serta tertib pada aturan berpakaian di
sekolah. Namun, tanpa menutup kemungkinan masih banyak siswa yang abai pada
budaya berpakaian di sekolah yang baik. Ada yang sengaja memodifikasi seragam
hanya untuk terlihat keren sehingga terkesan kurang sopan. Tidak mematuhi tata
tertib dengan menggunakan sepatu dengan warna yang menarik perhatian. Siswa-siswa
seperti ini akhirnya akan berhadapan dengan guru untuk memberi peringatan
bagaiman berseragam yang baik. Mereka mengagap bahwa berpakaian yang baik dengan
seragam tidak telalu berdampak pada proses pembelajaran. Padahal bila disadari
lebih mendalam penggunaan seragam ini telah membudayakan nilai-nilai pada
siswa, bahwa setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan yang sama saat
berada di lingkungan sekolah, dengan tujuan yang sama pula yaitu menuntut ilmu.
Kendati demikian, berkenaan dengan seragam tidak hanya
diperuntukkan bagi siswa saja. Namun guru juga harus menunjukkan hal demikian
sebagai contoh bagi siswa-siswa. Tidak semua guru acuh terhadap aturan
berseragam yang baik. Ada guru yang juga tidak mengindahkan aturan dalam hal berseragam.
Oleh karena itu, yang menjadi titik utamanya adalah bahwa budaya harus di
dukung oleh setiap pihak di sekolah.
Selain contoh dalam hal berpakaian di sekolah, banyak hal
yang merupakan perwujudan dalam mewujudkan budaya di sekolah. Seperti halnya
dalam berbahasa, perayaan, hingga berkegiatan dalam akademik maupun
nonakademik. Pada dasarnya setiap sekolah bebas menentukan budaya yang menjadi
ciri khas setiap sekolah. Hal itu pula lah yang memuculkan perbedaan dari
setiap sekolah. Ada yang fokus pada bidang bidang akademik, ada yang berfokus
pada non akademik, ada pula yang fokus pada keduanya.
Perwujduan dari implementasi budaya pada bidang akademik dapat
terlihat bagaimana pihak sekolah memebiasakan para siswanya untuk belajar untuk
mendapat hasil yang terbaik dibandingkan sekolah-sekolah lainnya. Budaya ini
juga dapat terlihat dari setiap perlombaan olimpiade yang mewakili nama
sekolah. Sekolah-sekolah yang menjadi langganan juara biasanya akan
mempersiapkan siswanya jauh sebelum perlombaan bahkan ada yang mengirimkan
siswanya untuk belajar ke luar kota dan segala biayanya ditanggung oleh
sekolah. Hal demikian menunjukkan bahwa setiap sekolah memiliki budaya sendiri
untuk meraih ‘reputasi’ yang dikehendaki.
Selain bidang akademik, bidang non akademik juga berlaku
demikian. Sekolah-sekolah biasanya akan merancang program ekstrakulikuler untuk
mengembangkan minat dan bakat siswa. Implikasinya dari program ekstrakulikuler
pastinya juga akan mengarah pada perlombaan baik seni maupun olahraga. Setiap
sekolah tentunya memiliki budaya tersendiri. Ada yang sengaja menyiapkan guru
khusus sehingga cita-cita yang diharapkan dapat dicapai.
Selain dari segi akademik dan non akademik, fisik sekolah
juga menjadi penentu bahwa sekolah sudah menerapkan budaya dalam menjaga
kelestarian lingkungan sekolah. Sekolah yang bersih dan nyaman tentu bukan
hanya melibatkan para petugas kebersihan sekolah. Namun, setiap warga sekolah
harus bisa merawat dan menjaga sekolah. Budaya yang dapat diterapkan misalnya
membuang sampah pada tempatnya, memaksimalkan fungsi fasilitas, dan tidak merusakanya.
Selain itu, dalam wujud menjadi lingkungan sekolah tetap
lestari, pihak sekolah bisanya akan membudayakan hari Jumat sehat. Pada hari
itu biasanya akan menerapkan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekolah.
Namun lebih dari itu, sebenarnya budaya seperti kerja bakti ini akan
mengeratkan hubungan antar warga sekolah dan memberikan ruang interaksi
sehingga semua warga sekolah memiliki rasa kepedulian yang sama.
Budaya terakhir yang pastinya akan diterapkan setiap
sekolah adalah pada ranah karakter. Karakter sangat menentukan bagaimana
kualitas seseorang. Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan bila segala budaya di
sekolah selalu mengedepankan nilai karakter. Budaya penanaman karakter dapat dimulai dari
hal terkecil seperti memberi salam ketika bertemu guru, teman, dan warga
sekolah lainnya. Berbicara dengan sopan dan menghargai setiap pendapat orang
lain juga merupakan budaya yang perlu didayagunakan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kultur
di sekolah telah memberikan berbagai implikasi baik untuk individu, kelompok,
maupun reputasi dari sekolah itu sendiri. Dalam uraian yang lebih detail,
budaya yang ada di sekolah memberikan kesempatan pada terwujudnya efektififas
dan produktivitas sekolah. Bila sebuah sekolah telah memiliki budaya yang
sifatnya sistemik dan telah menjadi rutinitas maka dampak yang ikut dirasakan
adalah sekolah jauh lebih produktif dan efektif dalam mejalankan sistem
pendidikan di dalamnya.
Selanjutnya, budaya di sekolah juga akan meningkatkan
kegiatan kolegial dan kolaboratif yang mendorong perbaikan komunikasi dan
praktik pemecahan masalah. Sebab budaya sekolah perlu sokongan yang melibatkan
banyak pihak di sekolah maka yang hubungan antar warga sekolah akan jauh
interaktif. Dari hubungan yang interaktif dan komunikatif maka peluang untuk
melakukan kolaborasi akan jauh lebih besar lagi, terutama dalam menunjukkan
bakat dan minat, yang pada akhirnya akan memberikan reputasi positif bagi
sekolah.
Implikasi selanjutnya adalah mendorong upaya keberhasilan
perubahan dan perbaikan. Selama ini mungkin tanpa disadari sekolah juga
menyimpan kebiasaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sistem
pendidikan. Maka dari itu, setiap warga sekolah harus berpikiran maju ke depan
dan berusaha untuk memperbaiki segala lini kehidupan ke arah yang lebih baik
lagi.
Selanjutnya adalah membangun komitmen dan indentifikasi
dari para staf, siswa, dan tenaga administrasi. Meski pun budaya di sekolah ini
bukan aturan tertulis namun semua warga sekolah harus memiliki komitmen. Bukan
hanya sebatas pada siswa saja atau staf saja, namun semua pihak harus bisa
mengidentifikasi dan berkomitmen satu sama lain.
Implikasi selanjutnya menguatkan energi, motivasi,
vitalitas, dari staf sekolah, siswa, dan komunitas/masyarakat. Dalam
membudayakan hal-hal baik disekolah perlu berbagai komponen dari warga sekolah
seperti staff sekolah, siswa, dan staf sekolah, serta masyarakat dalam upaya
menguatkan energi, motivasi,dan vitalitas yang lebih baik.
Implikasi terakhir adalah meningkatkan fokus pada
perilaku keseharian dan perhatian pada apa yang pentig dan bernilai/berharga.
Puncak dari memberdayakan suatu budaya adalah dengan menjadikan itu sebagai
rutinitas yang terstuktur. Sehingga budaya itu akan terus berjalanan dan
diberdayakan.
Implikasi-implikasi tersebut tentunya akan berdampak
terhadap perbaikan sekolah ke arah yang lebih baik. Pertama pada visi dan
nilai. Kebermaknaan budaya akan memberikan kebermakknaan pada tujuan pendidikan
untuk tetap semangat dalam melalukan norma-norma baik untuk meningkatkan kualitas
sekolah. Selain itu akan ada banyak bentuk perwujudan lain yang akan lebih
spesifik. Seperti adannya upacara dan perayaan. Banyak sekolah yang sengaja
membudayakan peringatan hari-hari khusus seperti perayaan hari guru, 17
agustus, perayaan adat daerah masuk pada budaya di sekolah. Ada pun kegiatan
khusus seperti parent gatering dan perlombaan-perlombaan yang
dilaksanakan anatar warga sekolah. Tentunya juga utama ini adalah untuk
membangun jalinan seluas mungkin agar sekolah bukan hanya menjadi tempat formal
yang terkesan “kaku” namun menjadi tempat kembali semua orang untuk bisa
berkontibusi dalam memajukan pendidikan.
Budaya-budaya yang diterapkan di sekolah pada dasarnya
merupakan refleksi dari budaya-budaya yang telah diterapkan sebelumnya. Bisa
bersumber dari sejarah dan cerita masa-masa kejayaan sekolah pada masa lalu.
Kendati demikian, tidak semua halnya dapat diadaptasi dan dibudayakan pada masa
sekarang. Sebab seiring berjalannya waktu, tentu kebutuhan dan tujuan
pendidikan akan berubah dan berkembang. Oleh karena itu perlu sikap selektif
agar budaya-budaya yang diadaptasi memang seuai dengan kebutuhan dan visi-misi
sekolah.
Budaya memang sifatnya tidak terlihat secara kasat mata
atau dapat dikatakan sesuatu yang ‘abstrak’ kendati demikian tidak ada salahnya
bila sekolah memonumenkan suatu nilai atau budaya baik dalam bentuk arsitektur
atau artefak. Hal ini pastinya akan memberi kesan yang lebih mendalam sehingga
spriti dari suatu sekolah untuk menanamkan hal-hal baik akan dapat dirasakan
implikasinya.
Dari berbagai paparan mengenai implikasi di atas, perlu
disadari bahwa setiap sekolah mesti memberdayakan budaya yang mampu meningkatkan
mutu pendidikan. Budaya yang akan atau telah diterapkan di sekolah bukan hanya
berdasar tanpa sebab. Karena, perlu disadari bersama dan tidak menutup kemungkinan bahwa budaya
terbangun di sekolah sangat menunjukkan reputasi sekolah. Bila budaya yang
terbangun baik maka baik pula reputasinya, pun demikian sebaliknya. Bila budaya
yang terbangun tidak terorganir dengan baik maka reputasinya akan jauh dari
yang diharapkan.
Sekolah-sekolah yang dianggap baik akan menjadi
percontohan bagi sekolah lain. Semakin banyak sekolah yang membudayakan hal-hal
baik di dalam lingkungannya, maka semakin banyak pula dampak yang dihasilkan.
Sekaligus, mewadahi sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan
melalui budaya di sekolah. Oleh karena
itu, seyogyanya semua pihak dalam lingkup warga sekolah dapat terlibat aktif
dalam membina budaya di sekolah sehingga kualitas pendidikan di Indonesia akan
mengalami peningkatan signifikan seperti yang selama ini digencarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar