Minggu, 11 Oktober 2020

Teks Deskripsi





Ibu

Aku mendapati ibu tengah memandang layar televisi. Beliau menggunakan kerudung hitam panjang. Dibalik kerudung, tersamar wajah fokus ibu menikmati alur cerita dalam sebuah tayangan televisi. Senyum, tertawa, bahkan sesekali cemberut sebab alur cerita tidak sesuai kehendaknya.

Teks Deskripsi


Rupa Pakaian Tradisional Khas Pulau Bangka

Struktur

Kalimat

Identifikasi/Pernyataan Umum

 

Pulau Bangka merupakan salah satu pulau di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan kesenian tradisionalnya. Selain memiliki keindahan pantai sebagai situs pariwisatanya, Pulau Bangka juga memiliki berbagai situs kebudayaan daerah yang unik untuk diketahui oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Kebudayaan-kebudayaan tradisional yang terdapat di Pulau Bangka di antaranya yaitu: seni rupa, seni musik, seni tari, seni tradisi/upacara adat.

Ditinjau dari mayoritas penduduknya, Pulau Bangka merupakan salah satu pulau yang ada di Nusantara di mana mayoritas masyarakatnya menganut budaya Melayu. Hal ini dapat dilihat dari segi bahasa daerah yang digunakan dan jumlah sebagian besar penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Selain itu, dapat juga dilihat dari kebudayaan-kebudayaan lokal yang sering digelar oleh masyarakat Bangka dalam setiap tahunnya, yaitu sarat akan nuansa Islami.

Meski demikian, tidak dipungkiri bahwa kebudayaan China dan India turut memberi pengaruh atas kebudayaan masyarakat Pulau Bangka. Contohnya yaitu pada pakaian. Seperti pada pakaian Paksian dan kain tenun Cual yang dikemas dengan warna-warna kontras. Pakaian Paksian dan kain tenun Cual merupakan karya seni tekstil tradisional yang ada di pulau Bangka. Produk seni rupa tradisional ini merupakan ciri khas budaya yang diciptakan oleh para leluhur masyarakat Bangka sebagai bentuk identitas lokal pada saat itu hingga sekarang. Untuk mengetahui bahasa rupa yang ada pada suatu kesenian tradisional khususnya pakaian Paksian dan kain tenun Cual ini, maka kita perlu menafsirkannya menggunakan teori semiotika. Karena simbol berkaitan erat untuk mewujudkan makna yang lebih kompleks dan saling berkaitan. Karena fungsi simbol adalah untuk menggambarkan pencapaian keleluasaan, kedalaman dan ketepatan maksud penyampaiannya.

 

 

Suatu kebudayaan yang sarat akan makna sudah sepantasnya kita apresiasikan dan lestarikan dengan baik agar tidak terjadi kemunduran atau bahkan hilang begitu saja. Kebudayaan lahir akibat gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat kemudian menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun yang memiliki makna dan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.

Deskripsi Bagian/Klasifikasi

Pakaian Paksian

Pakaian adat pengantin masyarakat pulau Bangka adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau beludru yang disebut juga baju seting. Pada bagian pangkal terdapat mahkota, sedangkan pada bagian bawah terdapat kain tenun Cual.

Pakaian adat ini merupakan perpaduan dari kebudayaan Cina dan Arab. Pada zaman dahulu banyak pedagang dari Cina dan penyiar agama Islam dari Arab yang masuk ke pulau Bangka, sehingga terjadilah perkawinan antara keduanya dan memberi dampak pada pakaian adat untuk pernikahan mereka. Pakaian adat tersebut dinamakan oleh masyarakat Bangka dengan sebutan “Paksian”. 

Adapun klasifikasi simbol/tanda yang ada pada pakaian pengantin di atas adalah sebagai berikut:

Mahkota (abstraksi dari bentuk burung merak), makna filosofinya adalah lambang kecantikan, dikagumi/disayangi oleh banyak orang, namun jangan jadikan itu sebagai kesombongan diri terhadap orang lain. Artinya kedua mempelai yang mengenakan pakaian ini diharapkan dapat menjadi pasangan yang disayangi banyak orang dan tidak membuat keduanya menjadi manusia yang sombong.

Bunga, motif bunga merupakan motif yang melambangkan kesucian, keanggunan rezeki dan segala kebaikan. Artinya suatu pernikahan itu adalah suci, dan barang siapa yang melaksanakan pernikahan akan mendapat rezeki yang agung dan segala kebaikan. Warna dominan (merah), yaitu melambangkan kehangatan, kekuatan, kegembiraan. Artinya adalah barang siapa yang mengenakan pakaian ini diharapkan bahwa terwujudnya kehangatan dalam rumah tangga mereka, terciptanya kekuatan bahtera rumah tangga dan kegembiraan antara keduanya yang melaksanakan pernikahan.

 

Warna kuning/emas pada setiap pernak-pernik pakaian yaitu melambangkan kemegahan/istimewa, keramahan. Artinya kedua mempelai yang sedang melaksanakan pernikahan tersebut adalah sesosok yang istimewa dan diharapkan dapat bersikap ramah tamah terhadap orang banyak.

Selempang berwarna hitam dihiasi ornamen berwarna kuning dan putih serta kalung bunga serangkai berbentuk bulat, yaitu bermakna keberkatan, keselamatan, kehormatan, wibawa, percaya diri dan harga diri. Artinya setiap pria yang melangsungkan pernikahan diharapkan dapat menjadi sesosok kepala rumah tangga yang berwibawa, penuh percaya diri sebagai kepala rumah tangga dan dapat dijadikan sebagai penyangga keselamatan keluarga yang waktunya tiada batas (selamanya).

Kain Tenun Cual

Kain Cual merupakan karya seni rupa tradisional yang berasal dari Pulau Bangka. Cual merupakan singkatan dari “Celupan Awal” pada benang yang akan diwarnai kemudian ditenun. Menenun kain Cual merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok, daerah yang terletak di ujung barat Pulau Bangka, pada awal abad ke-18. Tenun ikat Cual Muntok adalah perpaduan antara teknik sungkit dan tenun ikat.

 

Pada awalnya, pembuatan kain cual ini hanya boleh dilakukan oleh para putri bangsawan saja. Namun seiring berjalannya waktu karya seni tenun ini menjadi warisan budaya masyarakat Bangka pada umumnya, kain tenun Cual sudah mulai diproduksikan oleh masyarakat umum Pulau Bangka, meskipun jumlahnya tidak banyak. Ini menunjukkan bahwa masih adanya kesadaran individu maupun kelompok yang ada di Pulau Bangka akan pentingnya suatu kebudayaan lokal.

Adapun klasifikasi motif secara umum terbagi menjadi dua, yaitu: motif ruang kosong (Jande Bekecak), jika diartikan kedalam bahasa Indonesia yang artinya adalah janda bersolek. Motif penuh (Penganten Bekecak) artinya adalah pengantin bersolek. Dilihat dari temanya, motif-motif kain tenun Cual merupakan abstraksi dari berbagai bentuk tumbuhan, hewan dan benda alam yang ada di Pulau Bangka.

 

Berikut ini adalah beberapa contoh penafsiran motif kain tenun Cual Bangka yang sarat akan makna. Di antaranya adalah motif Kembang Rukem, Kembang Kenanga, Kembang Setangkai, Gajah Mada, dan Bebek. Simbol/tanda (bunga/kembang) merupakan signifier sedangkan signified (makna) adalah melambangkan kesucian, keagungan, dan segala kebaikan.

Ketiga motif bunga kain tenun Cual di atas merupakan simbol dari identitas daerah, karena ketiga macam bunga tersebut merupakan tumbuh-tumbuhan yang dapat dijumpai di pulau Bangka, dengan kata lain bahwa ketiga macam bunga tersebut merupakan kode cultural.

 

Motif Gajah Mada (signifer) merupakan ungkapan para leluhur masyarakat pulau Bangka yang berprofesi sebagai penenun kain Cual, bahwa pada zaman dahulu wilayah pulau Bangka pernah disinggahi oleh kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Suatu simbol dapat ditemukan didalam cerita/sejarah (signified). Tanda-tanda yang ditata atau dibuat oleh para leluhur dapat diartikan sebagai suatu konotasi kebangsaan.

 

Motif bebek. Simbol bebek (signifier) yaitu merupakan lambang dari persatuan dan ketertiban (signified). Jika kita lihat bebek selalu hidup berkelompok, dan ketika berjalan mereka menunjukkan ketertiban antara satu dengan lainnya saling beriring sejalan.

 

Pemahaman mengenai bahasa rupa karya seni tradisional nusantara perlu kita pahami agar menjadi suatu pengetahuan bagi kita dan para generasi penerus bangsa, sehingga produk-produk kebudayaan nusantara semakin dicintai dan kelestariannya tetap terjaga.

Penutup

Harapan penulis kepada para pembaca yaitu agar artikel ini dapat menstimulus penafsiran yang logis terhadap karya seni tradisional nusantara, sehingga pemaknaan mengenai simbol-simbol/tanda-tanda yang ada pada karya seni tradisional nusantara menjadi salah satu alasan mengapa kita seyogyanya bangga dan cinta terhadap produk karya seni tradisional nusantara yang kini semakin mengkhawatirkan eksistensinya.

 

Sumber:

http://koranbogor.com/bogor-now/rupa-pakaian-tradisional-khas-pulau-bangka/


Etika dalam Menyimak

"Malu bertanya sesat di jalan”   sadar atau pun tidak ungkapan ini telah banyak mempengaruhi pemikiran masyarakat saat ini. Bertanya se...